Japan
Jepang Terpilih Menjadi Tuan Rumah OIimpiade 2020
Pemilihan digelar di Buenos Aires, Argentina, Sabtu, 7 September 2013. Di putaran final, Jepang yang mengkoleksi 60 suara dan berhasil mengalahkan Istanbul yang mendapat 36 suara. Sedangkan Madrid sudah lebih dulu tersingkir di babak awal.
Dilansir BBC, kemenangan ini disambut gembira oleh rombongan delegasi Jepang. Saat Presiden IOC yang akan pensiun setelah 12 tahun menjabat, Jacques Rogge, mengumumkan hasil pemilihan, anggota delegasi Jepang langsung melompat dari kursinya. Mereka merayakannya dengan mengibas-ngibaskan bendera Jepang.
Sebagian besar delegasi Jepang memang tampak larut dalam euforia kemenangan. Maklum, sudah dua tahun mereka melakukan lobi agar terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade 2020.
"Saya ingin berterima kasih kepada semua orang di organisasi Olympic dan kami akan menjadi tuan rumah Olimpiade yang luar biasa," ujar Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe.
"Ini merupakan sebuah kehormatan besar di mana Tokyo akhirnya terpilih. Hal pertama yang akan saya lakukan saat kembali ke Jepang adalah berterima kasih kepada masyarakat," ujar Pimpinan Delegasi Jepang, Tsunekazu Takeda, dengan wajah berseri-seri.
Jepang sebenarnya sempat terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade pada 1940. Namun hajatan itu batal digelar karena perang dunia II. Jepang kembali terpilih sebagai tuan rumah pada tahun 1964. Selain Jepang, dua negara Asia lainnya yang pernah menjadi tuan rumah adalah Korea Selatan (1988) dan China (2008).
Berikut daftar tuan rumah Olimpiade sejak 1972 :
1972: Munich, Jerman
1976: Montreal, Kanada
1980: Moscow, Rusia
1984: Los Angeles, Amerika Serikat
1988: Seoul, Korea Selatan
1992: Barcelona, Spanyol
1996: Atlanta, Amerika Serikat
2000: Sydney, Australia
2004: Athens, Yunani
2008: Beijing, China
2012: London, Inggris
2016: Rio de Janeiro, Brasil
2020: Tokyo, Jepang
VIDEO
Sumo
Sumo adalah olahraga asli Jepang dan sudah dipertandingkan
sejak berabad-abad yang lalu. Di beberapa negara tetangga Jepang seperti
Mongolia dan Korea juga terdapat olahraga gulat tradisional yang mirip-mirip
dengan sumo.
Sumo memiliki berbagai upacara dan tradisi unik seperti
menyebarkan garam sepanjang pertandingan untuk mengusir bala.
Penentuan
pemenang
Pemenang pertandingan ditentukan berdasarkan dua peraturan
sederhana:
1. Pegulat yang lebih dulu menyentuh tanah dengan bagian badan
selain telapak kaki adalah pegulat yang kalah.
2. Pegulat yang lebih dulu menginjak tanah di luar lingkaran
adalah pegulat yang kalah.
Pada kesempatan yang jarang terjadi, pegulat yang kebetulan
menyentuh tanah lebih dulu ada kemungkinkan dimenangkan oleh wasit dengan
syarat kedua pegulat menyentuh tanah pada sekitar saat yang bersamaan dan
pegulat yang baru menyentuh tanah kemudian dianggap tidak ada harapan untuk
memenangkan pertandingan dari pegulat lawan yang lebih kuat. Pegulat yang kalah
dalam kesempatan ini disebut shinitai (orang mati).
Selain itu, ada beberapa peraturan lagi yang bisa dipakai
untuk menentukan pemenang. Pegulat yang menggunakan teknik yang tidak sah
(kinjite) secara otomatis dinyatakan kalah. Pegulat dengan mawashi (sabuk yang
juga berfungsi sebagai celana) yang lepas sewaktu bertanding juga dinyatakan
kalah. Pegulat yang tidak muncul sewaktu tiba gilirannya untuk bertanding juga
dinyatakan kalah secara fusenpai. Setelah salah seorang pegulat dinyatakan
sebagai pemenang, juri (gyoji) yang berada di luar ring mengumumkan kimarite
(teknik yang digunakan oleh pegulat yang menang).
Pertandingan sumo selalu didahului oleh ritual yang panjang,
walaupun pertandingannya sendiri sering hanya berlangsung beberapa detik.
Pegulat yang kalah kuat bisa cepat sekali terdorong keluar dari lingkaran atau
terjatuh, sedangkan pertandingan yang seimbang bisa berlangsung sampai beberapa
menit. Pegulat sumo yang mempunyai lingkar perut besar dan tubuh yang gemuk
mempunyai kemungkinan besar untuk menang, walaupun kadang-kadang pegulat yang
lebih kecil tapi memiliki teknik luar biasa bisa mengalahkan pegulat yang lebih
gemuk.
Pertandingan sumo berlangsung di atas ring bernama dohyō (土俵)
yang dibuat dari campuran tanah liat yang dikeraskan dengan pasir yang
disebarkan di atasnya. Dohyō dibongkar setelah pertandingan selesai dan dohyō
yang baru harus selalu dibangun untuk setiap turnamen. Pembangunan dohyō untuk
keperluan turnamen atau latihan menjadi tanggung jawab penyelenggara
(yobidashi).
Lingkaran tempat pertandingan berlangsung mempunyai diameter
4,55 meter dan dikelilingi oleh karung beras yang disebut tawara (俵).
Ukuran karung beras sekitar 1/3 ukuran karung beras standar yang sebagian
dipendam di dalam tanah liat yang membentuk gundukan dohyō. Sedikit di luar
lingkaran diletakkan empat buah tawara yang di zaman dulu dimaksudkan untuk
menyerap air hujan sewaktu turnamen sumo masih diselenggarakan di tempat
terbuka.
Di tengah-tengah lingkaran terdapat dua garis putih yang
disebut shikiri-sen (仕切り線). Kedua pegulat (rikishi) yang bertarung harus berada
di belakang garis shikiri-sen sebelum pertandingan dimulai.
Bagian luar sekeliling lingkaran disebut janome yang
dilapisi pasir halus untuk membentuk permukaan yang mulus. Pegulat yang
terdorong ke luar lingkaran atau terjatuh pasti menimbulkan tanda pada
permukaan janome akibat terkena injakan kaki atau anggota tubuh yang lain.
Yobidashi harus memastikan permukaan janome berada dalam keadaan mulus sebelum
pertandingan yang lain dimulai.
Ikebana
Ikébana adalah seni merangkai bunga yang memanfaatkan
berbagai jenis bunga, rumput-rumputan da tanaman dengan tujuan untuk dinikmati
keindahannya. Ikebana berasal dari Jepang tapi telah meluas ke
seluruh dunia.
Dalam bahasa Jepang, Ikebana juga dikenal dengan istilah kadō (ka, bunga; do,
jalan kehidupan) yang lebih menekankan pada aspek seni untuk mencapai
kesempurnaan dalam merangkai bunga.
Di dalam Ikebana terdapat berbagai macam aliran yang
masing-masing mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga.
Aliran tertentu mengharuskan orang melihat rangkaian bunga tepat dari bagian
depan, sedangkan aliran lain mengharuskan orang melihat rangkaian bunga yang
berbentuk tiga dimensi sebagai benda dua dimensi saja.
Pada umumnya, bunga yang dirangkai dengan teknik merangkai
dari Barat (flower arrangement) terlihat sama indahnya dari berbagai sudut
pandang secara tiga dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari bagian depan.
Berbeda dengan seni merangkai bunga dari Barat yang bersifat
dekoratif, Ikebana berusaha menciptakan harmoni dalam bentuk linier, ritme dan
warna. Ikebana tidak mementingkan keindahan bunga tapi pada aspek pengaturannya
menurut garis linier. Bentuk-bentuk dalam Ikebana didasarkan tiga titik yang
mewakili langit, bumi, dan manusia.
Gaya
Rangkaian dalam Ikebana
Ada 3 gaya dalam Ikebana, yaitu : rikka, shoka dan jiyuka.
1. Rikka (Standing Flower)adalah ikebana gaya tradisional yang
banyak dipergunakan untuk perayaan keagamaan. Gaya ini menampilkan keindahan
landscape tanaman. Gaya ini berkembang sekitar awal abad 16. Ada 7 keutamaan
dalam rangkaian gaya Rikka, yaitu : shin, shin-kakushi, soe, soe-uke, mikoshi,
nagashi dan maeoki
2. Shoka adalah rangkaian ikebana yang tidak terlalu formal
tapi masih tradisional. Gaya ini difokuskan pada bentuk asli tumbuhan. Ada 3
unsur utama dalam gaya Shoka yaitu : shin, soe, dan tai. Sesuai dengan
perkembangan zaman, sesudah Restorasi Meiji 1868, gaya ini lebih berkembang
karena adanya pengaruh Eropa Nageire arti bebasnya “dimasukan” (rangkaian
dengan vas tinggi dengan rangkaian hampir bebas)dan Moribana. rangkaian menggunakan
wadah rendah dan mulut lebar). Lalu pada tahun 1977 lahir gaya baru yaitu Shoka
Shimputai, yang lebih modern, terdiri dari 2 unsur utama yaitu shu dan yo, dan
unsur pelengkapnya, ashirai.
3. Jiyuka adalah rangkaian Ikebana bersifat bebas dimana
rangkaiannya berdasarkan kreativitas serta imaginasi. Gaya ini berkembang
setelah perang dunia ke-2. Dalam rangkaian ini kita dapat mempergunakan
kawat,logam dan batu secara menonjol.
Perlengkapan
Hampir sama dengan peralatan merangkai bunga gaya eropa,
dalam Ikebana kita memerlukan kawat dari berbagai ukuran (ketebalan kawat),
gunting (gunting khusus ikebana), Floral tape (warna hijau dan coklat),selotip.
Juga tang bunga (utk mematahkan), kenzan yaitu alas berduri tajam tempat
mencucukan bunga, juga semacam pipet besar untuk mengambil air yang lama di vas
ketika kita hendak mengganti airnya, batu-batuan kecil juga bisa dipergunakan
bila kita mempergunakan vas/wadah/suiban tinggi.
Kimono
Kimono adalah pakaian tradisional Jepang.
Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki
berarti pakai, dan mono berarti barang).
Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf "T",
mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat
hingga ke pergelangan kaki. Wanita
mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono
berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri.
Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zōri atau geta.
Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan
istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode. Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya
hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode
untuk menghadiri seijin shiki. Pria mengenakan kimono
pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di
luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono.
Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi-Go-San. Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang
industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).
Pakaian pengantin wanita
tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri dari furisode dan uchikake
(mantel yang dikenakan di atas furisode). Furisode untuk
pengantin wanita berbeda dari furisode untuk wanita muda yang belum
menikah. Bahan untuk furisode pengantin diberi motif yang dipercaya
mengundang keberuntungan, seperti gambar burung jenjang. Warna furisode pengantin juga lebih
cerah dibandingkan furisode biasa. Shiromuku adalah sebutan untuk
baju pengantin wanita tradisional berupa furisode berwarna putih
bersih dengan motif tenunan yang juga berwarna putih.
Sebagai pembeda dari pakaian Barat yang dikenal sejak zaman Meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang
sebagai wafuku. Sebelum dikenalnya pakaian Barat, semua pakaian yang
dipakai orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku.
Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara Dong Wu yang tiba di Jepang dari daratan Cina.
Kimono wanita
Pemilihan jenis kimono yang tepat memerlukan pengetahuan mengenai
simbolisme dan isyarat terselubung yang dikandung masing-masing jenis kimono.
Tingkat formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai
dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang
dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat
formalitas dari acara yang dihadiri.
Kurotomesode
Tomesode adalah kimono paling
formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila berwarna hitam, kimono jenis ini
disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki
lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas
(kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode
adalah motif indah pada suso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang.
Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang
sangat resmi.
Irotomesode
Tomesode yang dibuat dari kain
berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode berwarna). Bergantung
kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga
pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang
sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum
menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak
memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana
kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif
indah pada suso.
Furisode
Furisode adalah kimono paling
formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan
motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan
yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri
upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau
hatsumode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah
satu jenis furisode.
Homongi
Hōmon-gi adalah kimono formal
untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk
memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi
adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai
sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan
tahun baru.[3]
Iromuji
Iromuji adalah kimono
semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki
lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang
keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan
bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna
lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut.
Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri
pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji
dengan satu lambang keluarga.
Tsukesage
Tsukesage adalah kimono
semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan
formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis
ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri
upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau
merayakan tahun baru.[3]
Komon
Komon adalah kimono santai
untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah
motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang.[3] Komon dikenakan
untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau
menonton pertunjukan di gedung.
Tsumugi
Tsumugi adalah kimono santai
untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah.
Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti
ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil
tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal
dan kasar.[3] Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja
di ladang.
Yukata
Yukata adalah kimono santai
yang dibuat dari kain katun tipis tanpa pelapis untuk kesempatan santai di
musim panas.
Kimono pria
Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat
tua, biru tua, dan hitam.
Kimono paling formal berupa
setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori
Bagian punggung montsuki
dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama
hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya
dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian
penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.
Kimono santai kinagashi
Pria mengenakan kinagashi
sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak
resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak
dihiasi dengan lambang keluarga.
Sushi
Sushi adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang
dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau
sudah dimasak. Nasi sushi mempunyai rasa
masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula.
Asal-usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang
ditulis dengan huruf kanji sushi. Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf
kanji 鮓 merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō
yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk ragi atau ampas sake . Penulisan
sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang dimulai pada zaman Edo periode
pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji lain
yang berbunyi yang sama).
Jenis-jenis sushi:
1. Nigiri sushi
Jika dilihat dari arti namanya, nigiri berarti mengepalkan tangan. Sushi jenis ini dibuat dengan cara mengepalkan bahan dengan tangan. Bentuknya bulat mengikuti kepalan tangan dan ukurannya pun biasanya sebesar kepalan tangan orang dewasa. Sushi jenis berasal dari periode Edo pada tahun 1800an.
Jika dilihat dari arti namanya, nigiri berarti mengepalkan tangan. Sushi jenis ini dibuat dengan cara mengepalkan bahan dengan tangan. Bentuknya bulat mengikuti kepalan tangan dan ukurannya pun biasanya sebesar kepalan tangan orang dewasa. Sushi jenis berasal dari periode Edo pada tahun 1800an.
2. Maki Sushi
Artinya adalah dililit atau digulung. Sushi jenis ini mempunyai ciri khas yaitu adanya nori atau rumput laut yang sudah berbentuk lembaran dan digunakan sebagai pembungkus sushi ini. Untuk membuat jenis ini anda harus menyiapkan sebuah gulungan seperti tikar bambu kecil untuk membentuknya.
Artinya adalah dililit atau digulung. Sushi jenis ini mempunyai ciri khas yaitu adanya nori atau rumput laut yang sudah berbentuk lembaran dan digunakan sebagai pembungkus sushi ini. Untuk membuat jenis ini anda harus menyiapkan sebuah gulungan seperti tikar bambu kecil untuk membentuknya.
3. Chirashi Sushi
Sushi jenis ini disajikan di atas piring atau mangkuk. Nasi yang sudah dibumbui kemudian ditaburi dengan berbagai macam lauk seperti makanan laut mentah ataupun matang dan juga telur dadar.
Sushi jenis ini disajikan di atas piring atau mangkuk. Nasi yang sudah dibumbui kemudian ditaburi dengan berbagai macam lauk seperti makanan laut mentah ataupun matang dan juga telur dadar.
4. Oshi Sushi
Sushi berbentuk kotak ini memang dibuat dengan menggunakan cetakan khusus. Setelah selesai dibentuk, sushi ini dipotong-potong menjadi ukuran sekali suap. Sushi ini merupakan makanan khas dari daerah Kansai.
Sushi berbentuk kotak ini memang dibuat dengan menggunakan cetakan khusus. Setelah selesai dibentuk, sushi ini dipotong-potong menjadi ukuran sekali suap. Sushi ini merupakan makanan khas dari daerah Kansai.
5. Nare Sushi
Kalau jenis yang satu ini adalah sushi yang difermentasikan. Bukan hanya lauknya yang fermentasi, tetapi juga nasinya ikut difermentasi.
Kalau jenis yang satu ini adalah sushi yang difermentasikan. Bukan hanya lauknya yang fermentasi, tetapi juga nasinya ikut difermentasi.
6. Inari Sushi
Kalau Maki Sushi dibungkus dengan nori, sushi yang satu ini menggunakan kulit tahu sebagai pembungkusnya. Sebelum diisi nasi, kulit tahu ini diproses terlebih dahulu sehingga rasa dari sushi ini agak manis.
Kalau Maki Sushi dibungkus dengan nori, sushi yang satu ini menggunakan kulit tahu sebagai pembungkusnya. Sebelum diisi nasi, kulit tahu ini diproses terlebih dahulu sehingga rasa dari sushi ini agak manis.
Teknik mengepal nasi
Ada beberapa teknik mengepal nasi yang merupakan seni
keterampilan yang harus dikuasai ahli sushi :
- Tegaeshi:
- Hon tegaeshi
- Ko tegaeshi
- Tate gaeshi
- Yoko tegaeshi
- Oyayubi nigiri
Berdasarkan kekuatan tangan sewaktu mengepal, bentuk nasi
bisa berupa bentuk silinder (tawaragata), kotak persegi empat (hakogata),
dan kapal (funegata).
Di restoran kaitenzushi, nasi yang sudah dibumbui dibentuk
secara otomatis menggunakan mesin sushi, bahkan ada nasi bentukan mesin yang
sudah diberi wasabi atau diikat dengan
nori. Mesin pembuat sushi ada juga yang terlihat seperti tempat nasi
tradisional dari kayu agar penikmat sushi mendapat kesan seolah-olah makan
sushi yang dikepal oleh ahli sushi sungguhan.