Japan
- Back to Home »
- Jepang »
- Kimono
Posted by : Unknown
Jumat, 07 Februari 2014
Kimono adalah pakaian tradisional Jepang.
Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki
berarti pakai, dan mono berarti barang).
Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf "T",
mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat
hingga ke pergelangan kaki. Wanita
mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono
berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri.
Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zōri atau geta.
Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan
istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan sejenis kimono yang disebut furisode. Ciri khas furisode adalah lengan yang lebarnya
hampir menyentuh lantai. Perempuan yang genap berusia 20 tahun mengenakan furisode
untuk menghadiri seijin shiki. Pria mengenakan kimono
pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Ketika tampil di
luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono.
Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi-Go-San. Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang
industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).
Pakaian pengantin wanita
tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri dari furisode dan uchikake
(mantel yang dikenakan di atas furisode). Furisode untuk
pengantin wanita berbeda dari furisode untuk wanita muda yang belum
menikah. Bahan untuk furisode pengantin diberi motif yang dipercaya
mengundang keberuntungan, seperti gambar burung jenjang. Warna furisode pengantin juga lebih
cerah dibandingkan furisode biasa. Shiromuku adalah sebutan untuk
baju pengantin wanita tradisional berupa furisode berwarna putih
bersih dengan motif tenunan yang juga berwarna putih.
Sebagai pembeda dari pakaian Barat yang dikenal sejak zaman Meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang
sebagai wafuku. Sebelum dikenalnya pakaian Barat, semua pakaian yang
dipakai orang Jepang disebut kimono. Sebutan lain untuk kimono adalah gofuku.
Istilah gofuku mulanya dipakai untuk menyebut pakaian orang negara Dong Wu yang tiba di Jepang dari daratan Cina.
Kimono wanita
Pemilihan jenis kimono yang tepat memerlukan pengetahuan mengenai
simbolisme dan isyarat terselubung yang dikandung masing-masing jenis kimono.
Tingkat formalitas kimono wanita ditentukan oleh pola tenunan dan warna, mulai
dari kimono paling formal hingga kimono santai. Berdasarkan jenis kimono yang
dipakai, kimono bisa menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat
formalitas dari acara yang dihadiri.
Kurotomesode
Tomesode adalah kimono paling
formal untuk wanita yang sudah menikah. Bila berwarna hitam, kimono jenis ini
disebut kurotomesode (arti harfiah: tomesode hitam). Kurotomesode memiliki
lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas
(kanan/kiri), dan 2 bagian belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode
adalah motif indah pada suso (bagian bawah sekitar kaki) depan dan belakang.
Kurotomesode dipakai untuk menghadiri resepsi pernikahan dan acara-acara yang
sangat resmi.
Irotomesode
Tomesode yang dibuat dari kain
berwarna disebut irotomesode (arti harfiah: tomesode berwarna). Bergantung
kepada tingkat formalitas acara, pemakai bisa memilih jumlah lambang keluarga
pada kain kimono, mulai dari satu, tiga, hingga lima buah untuk acara yang
sangat formal. Kimono jenis ini dipakai oleh wanita dewasa yang sudah/belum
menikah. Kimono jenis irotomesode dipakai untuk menghadiri acara yang tidak
memperbolehkan tamu untuk datang memakai kurotomesode, misalnya resepsi di istana
kaisar. Sama halnya seperti kurotomesode, ciri khas irotomesode adalah motif
indah pada suso.
Furisode
Furisode adalah kimono paling
formal untuk wanita muda yang belum menikah. Bahan berwarna-warni cerah dengan
motif mencolok di seluruh bagian kain. Ciri khas furisode adalah bagian lengan
yang sangat lebar dan menjuntai ke bawah. Furisode dikenakan sewaktu menghadiri
upacara seijin shiki, menghadiri resepsi pernikahan teman, upacara wisuda, atau
hatsumode. Pakaian pengantin wanita yang disebut hanayome ishō termasuk salah
satu jenis furisode.
Homongi
Hōmon-gi adalah kimono formal
untuk wanita, sudah menikah atau belum menikah. Pemakainya bebas memilih untuk
memakai bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Ciri khas homongi
adalah motif di seluruh bagian kain, depan dan belakang. Homongi dipakai
sewaktu menjadi tamu resepsi pernikahan, upacara minum teh, atau merayakan
tahun baru.[3]
Iromuji
Iromuji adalah kimono
semiformal, namun bisa dijadikan kimono formal bila iromuji tersebut memiliki
lambang keluarga (kamon). Sesuai dengan tingkat formalitas kimono, lambang
keluarga bisa terdapat 1, 3, atau 5 tempat (bagian punggung, bagian lengan, dan
bagian dada). Iromoji dibuat dari bahan tidak bermotif dan bahan-bahan berwarna
lembut, merah jambu, biru muda, atau kuning muda atau warna-warna lembut.
Iromuji dengan lambang keluarga di 5 tempat dapat dikenakan untuk menghadiri
pesta pernikahan. Bila menghadiri upacara minum teh, cukup dipakai iromuji
dengan satu lambang keluarga.
Tsukesage
Tsukesage adalah kimono
semiformal untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Menurut tingkatan
formalitas, kedudukan tsukesage hanya setingkat dibawah homongi. Kimono jenis
ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage dikenakan untuk menghadiri
upacara minum teh yang tidak begitu resmi, pesta pernikahan, pesta resmi, atau
merayakan tahun baru.[3]
Komon
Komon adalah kimono santai
untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas kimono jenis ini adalah
motif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang.[3] Komon dikenakan
untuk menghadiri pesta reuni, makan malam, bertemu dengan teman-teman, atau
menonton pertunjukan di gedung.
Tsumugi
Tsumugi adalah kimono santai
untuk dikenakan sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah atau belum menikah.
Walaupun demikian, kimono jenis ini boleh dikenakan untuk keluar rumah seperti
ketika berbelanja dan berjalan-jalan. Bahan yang dipakai adalah kain hasil
tenunan sederhana dari benang katun atau benang sutra kelas rendah yang tebal
dan kasar.[3] Kimono jenis ini tahan lama, dan dulunya dikenakan untuk bekerja
di ladang.
Yukata
Yukata adalah kimono santai
yang dibuat dari kain katun tipis tanpa pelapis untuk kesempatan santai di
musim panas.
Kimono pria
Kimono pria dibuat dari bahan berwarna gelap seperti hijau tua, coklat
tua, biru tua, dan hitam.
Kimono paling formal berupa
setelan montsuki hitam dengan hakama dan haori
Bagian punggung montsuki
dihiasi lambang keluarga pemakai. Setelan montsuki yang dikenakan bersama
hakama dan haori merupakan busana pengantin pria tradisional. Setelan ini hanya
dikenakan sewaktu menghadiri upacara sangat resmi, misalnya resepsi pemberian
penghargaan dari kaisar/pemerintah atau seijin shiki.
Kimono santai kinagashi
Pria mengenakan kinagashi
sebagai pakaian sehari-hari atau ketika keluar rumah pada kesempatan tidak
resmi. Aktor kabuki mengenakannya ketika berlatih. Kimono jenis ini tidak
dihiasi dengan lambang keluarga.